Sabtu, 15 Desember 2012

SEJARAH LAMBANG GARUDA PANCASILA

Siapa sih yang tidak tahu lambang negara Indonesia yaitu burung Garuda Pancasila? Pasti tahu semua itu, karena lambang Garuda selalu terpampang di depan kelas sejak kita Sekolah Dasa (SD) hingga universitas. Bahkan perkantoranpun mewajibkan untuk memasang simbol ini. Tapi untuk sejarah terciptanya lambang burung Garuda tersebut belum banyak orang yang mengetahuinya, padahal sebelum menjadi seperti sekarang ini, lambang burung Garuda mengalami beberapa perubahan disainnya untuk menuju kesempurnaan.
Pembuat lambang Garuda, ialah Sultan Hamid II, Beliau lahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak. Lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, 12 Juli 1913 dan meninggal di Jakarta, 30 Maret 1978 pada umur 64 tahun.
Saat terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS), Sultan Hamid II diangkat oleh Presiden Ir Soekarno untuk menjabat sebagai Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama menjabat beliau ditugaskan oleh Soekarno untuk merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Untuk membuat lambang tersebut, pada Tanggal 10 Januari 1950 dibentuklah sebuah Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabehi Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
Sedangkan untuk memperoleh hasil yang sempurna dalam pembentukan lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia tersebut dilakukan sayembara, yang dilakukan oleh Menteri Priyono. Hasilnya terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.
Usai terpilihnya lambang buatan Sultan Hamid II, dialog intensif terus dilakukan antara Sultan Hamid II, Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Mohamad Hatta untuk penyempurnaan lambang negara tersebut. Hasil dialog tersebut diperoleh kesepakatan untuk mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara tersebut akhirnya diserahkan kepada Presiden Soekarno. Sebelum di publis ke masyarakat Indonesia, lambang Garuda tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Dengan masukan tersebut, akhirnya Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali – Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.
AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Departemen Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.
Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak.
Ide Sultan Hamid II dalam mendisain lambang Garuda Pancasila dengan perisai di tengah dada sang Garuda, karena teringat ucapan Presiden Soekarno, "hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara".

Filosofi pada Lambang Garuda Pancasila
Pembuatan lambang pasti ada filosofi mendalam yang dipikirkan oleh pembuatnya, termasuk lambang Garuda Pancasila. Inilah filosofi lambang Garuda Pancasila tersebut:

1. Filosofi Burung Garuda - Lambang Garuda Pancasila
Penggunaan Burung Garuda karena tidak lepas dari mitologi kuno bangsa Indonesia yang menyebutkan bahwa burung Garuda adalah kendaraan Dewa Wishnu yang besar, gagah dan kuat. Lambang tersebut menggambarkan telah lahirnya bangsa yang besar, gagah dan kuat.

Paruh, ekor, sayap dan cakar juga menggambarkan kekuatan dan kemampuan dalam melakukan pembangunan.
2. Filosofi Lambang Garuda - Warna Emas Pada Tubuh Garuda
Emas identik dengan kemakmuran, kekayaan dan keagungan derajat, makna ini lah yang juga ingin disematkan pada lambang Garuda.

3. Filosofi Lambang Garuda - Jumlah Bulu Pada Tubuh Garuda
Kita ketahui jumlah bulu yang menempel pada burung Garuda berbeda-beda antara sayap, leher, ekor dan pangkal ekor. Pada bagian sayap memiliki jumlah bulu sebanya 17 helai yang menggambarkan tanggal kemerdekaan, pada bagian ekor terdapa delapan helai bulu yang menggambarkan bulan kemerdekaan, di pangkal ekor terdapat 19 helai bulu dan di leher terdapat 45 helai bulu yang menggambarkan tahun kemerdekaan.

4. Filosofi Lambang Garuda - Tameng di Dada Garuda
Tameng menggambarkan bahwa Indonesia memiliki pertahanan, perlindungan, serta upaya perjuangan yang tinggi ketika memperjuangkan tujuannya.

Kombinasi warna dalam tameng antara merah dan putih merupan arti dari bendera Indonesia, Merah Putih. Di dalam tameng juga terdapat gambar bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng serta padi dan kapas.
- Gambar bintang, menunjukkan sila pertama yang berbunyi, Ketuhanan Yang Maha
   Esa.
- Gambar rantai, merupakan sila kedua yang berbunyi, Kemanusiaan yang Adil dan
   Beradab.
- Gambar pohon beringin, mewakilkan sila ke tiga yang berbunyi, Persatuan Indonesia.
- Gambar Kepala Banteng, mewakili sila keempat yang berbunyi, Kerakyatan yang
   Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.
- Gambar Padi dan Kapas, mewakili sila kelima yang berbunyi, Keadilan Sosial Bagi
   Seluruh Rakyat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info
" AUTOSTART="TRUE" LOOP="TRUE" WIDTH="0" HEIGHT="0" ALIGN="CENTER">